TREND ISSUE KEPERAWATAN SISTEM KARDIOVASKULER
TERAPI GEN PADA PENYAKIT JANTUNG
BAWAAN
Disusun oleh : Kelompok 8
2A S1 Keperawatan
STIKES
MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah
penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, karena sudah terjadi ketika bayi
masih dalam kandungan. Pada akhir kehamilan 7 minggu, pembentukan jantung sudah
lengkap; jadi kelainan pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan.
Penyebab PJB seringkali tidak bisa diterangkan, meskipun beberapa faktor
dianggap berpotensi sebagai penyebab. Faktor-faktor ini adalah: infeksi virus
pada ibu hamil (misalnya campak Jerman atau rubella), obat-obatan atau
jamu-jamuan, alkohol.
Faktor keturunan atau kelainan
genetik dapat juga menjadi penyebab meskipun jarang, dan belum banyak
diketahui. Misalnya sindroma Down (Mongolism) yang acapkali disertai dengan berbagai
macam kelainan, dimana PJB merupakan salah satunya. Merokok berbahaya bagi
kehamilan, karena berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi dalam kandungan
sehingga berakibat bayi lahir prematur atau meninggal dalam kandungan. PJB
terjadi pada 8-10 bayi diantara 1000 bayi lahir hidup.
Penyakit ini merupakan kelainan
bawaan yang paling sering terjadi kira- kira 30% dari seluruh kelainan bawaan),
dan paling sering menimbulkan kematian khususnya pada neonatus. Setengah dari
kasus PJB semestinya sudah dapat dideteksi pada bulan pertama kehidupan, karena
memperlihatkan tanda-tanda yang memerlukan pertolongan segera.
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan
penyakit jantung bawaan ?
2. Etiologi apakah yang menyebabkan penyakit
jantung bawaan ?
3. Apakah klasifikasi penyakit
jantung bawaan?
4. Bagaimana manifestasi klinis
penyakit jantung bawaan
5. Terapi gen apakah untuk penyakit
jantung bawaan
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian penyakit
jantung bawaan
2. Mengetahui etiologi penyakit
jantung bawaan
3. Mengetahui klasifikasi penyakit
jantung bawaan
4. Mengetahui manifestasi klinis
penyakit jantung bawaan
5. Mengetahui terapi gen untuk
penyakit jantung bawaan
BAB II
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian penyakit Jantung
bawaan.
Penyakit jantung bawaan ini,dalam ilmu kedokteran disebut
LQTS (Long
QT Syndrome)karena mengalami perlambatan pacu jantung yang diserta dengan
pemanjangan jarak QT interval pada Elektrokardigrafi Jantung. Penyakit ini, juga
mempunyai ciri-cirinya berupa sinkop (keadaan dimana terdapat kelemahan menyeluruh
pada otot-otot tubuh sehingga tidak mampu mempertahankan sikap tegak yang
disertai dengan hilangnnya kesadaran). Pada jantung normal, iramanya harus
teratur, berdiri sendiri, dan otonom. Pengatur Jantung berdenyut secara
otomatis ini dinamakan pacu j ntung (Pace macker). Pacu jantung utama adalah di
nodus sinus. Bradikardia atau perlambatan denyut jantung dapat terjadi oleh
kerusakan dipusat pacu jantung utama yang di sebab oleh gangguan fungsi sinus
atau gangguan rangsang jantung.
Penyakit Jantung bawaan merupakan
jenis penyakit yang cukup banyak diderita. Menurut hasil penelitian, 10 dari
1000 bayi yang dilahirkan kemungkinan memiliki penyakit jantung bawaan. Adapun jenis kelainan pada penyakit jantung
bawaan sangat bervariasi, ada yang hanya menyebabkan gangguan ringan pada
fungsi jantung tetapi ada juga kelainan yang cukup fatal hingga mengganggu
fungsi kerja jantung dalam mendistribusikan darah ke seluruh tubuh.
Pada umumnya kelainan jantung bawaan
dapat dideteksi sejak lahir, namun tak jarang gejalanya baru muncul setelah
bayi berumur beberapa minggu atau beberapa bulan. Gejala umum dari penyakit
jantung bawaan adalah sesak nafas dan bibir terlihat kebiru-biruan. Kelaianan yang termasuk dalam penyakit jantung
bawaan banyak sekali jenis nya, mencakup gangguan pada bilik dan atau serambi
jantung serta gangguan pada pembuluh darah jantung. Apapun jenis kelaian pada
penyakit jantung bawaan, semuanya mengakibatkan ketidaklancaran sirkulasi
darah, karena Jantung sebagai salah satu organ vital dalam tubuh memiliki tugas
memompa dan mengalirkan darah keseluruh bagian tubuh. Beberapa kelainan pada
jantung yang paling banyak diderita yang termasuk dalam kategori penyakit jantung
bawaan adalah kelainan pada katup balik, kelainan pada katup serambi dan kebocoran pada
pembuluh darah balik paru -paru
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung
bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang
diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan
:
a) Faktor Prenatal
Ø Ibu menderita penyakit infeksi :
Rubella.
Ø Ibu alkoholisme.
Ø Umur ibu lebih dari 40 tahun
Ø Ibu menderita penyakit Diabetes
Mellitus (DM) yang memerlukan insulin
Ø Ibu meminum obat-obatan penenang
atau jamu.
b) Faktor Genetik :
Ø Anak yang lahir sebelumnya menderita
penyakit jantung bawaan
Ø Ayah / Ibu menderita penyakit
jantung bawaan
Ø Kelainan kromosom seperti Sindrom
Down.
Ø Lahir dengan kelainan bawaan yang
lain.
c) Faktor lingkungan
Jelas terlihat bahwa sebagian besar
PJB disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Untuk terjadinya PJB
diperlukan syarat-syarat berikut :
Ø Embrio mempunyai predisposisi untuk
kelainan bawaan.
Ø Embrio menunjukkan reaksi abnormal
terhadap rangsangan lingkungan tertentu.
Ø Kontak dengan faktor lingkungan
tersebut terjadi pada masa berbahaya dalam pembentukan sistem kardiovaskuler
(antara 18--60 hari masa kehamilan ibu).
Beberapa faktor lingkungan (obat dan
virus) yang dapat menyebabkan PJB
sebagai berikut :
Obat
– obatan
Ø
Teratogen
Ø
Talidomid
Ø
Antagonis Asam Folat
Ø
Dekstroamfetamin
Ø
Antikonvulsan
Ø
Litium Kloride
Ø
Alkohol
Ø
Progesteron
Ø
Estrogen.
Virus
Ø
Virus Rubella
Ø
Herpes Virus
Hominis B
Ø
Coxsackie B.
Mungkin sebenarnya masih banyak
faktor-faktor lingkungan yang bersifat teratogenik, tetapi belum dibuktikan.
Karenanya pada ibu-ibu yang hamil muda sebaiknya tidak diberikan obat- obatan
bila tidak mutlak diperlukan. Hipoksia pada waktu kelahiran dapat mengakibatkan
tetap terbukanya duktus arteriosus.
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan penampilan fisik, PJB
secara garis besar dibagi atas 2 kelompok, yakni PJB tidak biru (asianosis) dan
PJB biru (sianosis). Berdasarkan kelainan anatomis, PJB secara garis besar
dibagi atas 3 kelompok, yakni:
1. Adanya penyempitan
(stenosis)
Adanya penyempitan
(stenosis) atau
bahkan pembuntuan
pada bagian tertentu
jantung yakni: katup atau
salah satu bagian pembuluh darah diluar jantung. Penyempitan ini menimbulkan
gangguan aliran darah dan membebani otot jantung. Pada kasus-kasus dengan
penyempitan yang berat, aliran darah ke bagian tubuh setelah area penyempitan
akan sangat menurun, bahkan terhenti sama sekali pada pembuntuan total.
a.
Stenosis (Penyempitan) Katup Pulmonal
Terjadi pembebanan pada jantung kanan, yang pada
akhirnya berakibat kegagalan jantung kanan. Makna istilah ini bukanlah jantung
gagal berdenyut, melainkan jantung tak mampu memompakan darah sesuai kebutuhan
tubuh dan sesuai jumlah darah yang kembali ke jantung. Tanda gagal jantung
kanan adalah: pembengkakan kelopak mata, tungkai, hati dan penimbunan cairan di
rongga perut. Penanganan medis yang dapat dilakukan: pelebaran katup dengan
balon (Balloon PulmonalValvotomy = BPV).
b.
Stenosis (Penyempitan) Katup Aorta
Terjadi
pembebanan pada jantung kiri, yang pada akhirnya berakibat kegagalan jantung
kiri, yang ditandai oleh: sesak, batuk kadang-kadang dahak berdarah (akibat
pecahnya pembuluh darah halus yang bertekanan tinggi di paru). Penanganan yang
dapat dilakukan: pelebaran katup dengan balon (Balloon AorticValvotomy = BAV).
c. Atresia (Pembuntuan) Katup Pulmonal
Pada
kasus ini katup pulmonal sama sekali buntu, sehingga tak ada aliran darah dari
jantung ke paru. Pasien hanya dapat bertahan hidup bila pembuluh darah duktus
arteriosus tetap terbuka (yang mengalirkan darah dari pembuluh aorta ke
pembuluh darah paru). Biasanya pembuluh
ini akan menutup pada minggu pertama kehidupan bayi, dan bila itu terjadi akan
berakibat fatal. Untuk mempertahankan duktus arteriosus tetap terbuka,
diperlukan obat: Prostaglandin E-1. Namun obat ini sifatnya hanya sementara,
dan harus segera diikuti dengan tindakan bedah.
d. Coarctatio Aorta
Pada
kasus ini area lengkungan pembuluh darah aorta mengalami penyempitan. Bila
penyempitannya parah, maka sirkulasi darah ke organ tubuh di rongga perut
(ginjal, usus dll), serta tungkai bawah sangat berkurang, dan kondisi pasien
memburuk. Seperti halnya pada atresia katup pulmonal, pada Coarctatio Aorta
yang berat Prostaglandin E-1 perlu diberikan untuk mempertahankan pembukaan
duktus arteriosus. Untuk selanjutnya, tindakan pelebaran dengan balon atau
pembedahan perlu dilakukan.
2. Adanya lubang
pada sekat pembatas
antar ruang jantung (septum)
Adanya lubang
pada sekat pembatas
antar ruang jantung (septum) sehingga
terjadi aliran pirau (shunt) dari satu sisi ruang jantung ke ruang sisi
lainnya. Karena tekanan darah di ruang jantung sisi kiri lebih tinggi dibanding
sisi kanan, maka aliran pirau yang terjadi adalah dari kiri ke kanan.
Akibatnya, aliran darah paru berlebihan/banjir (contoh: ASD = Atrial Septal
Defect/ lubang di sekat serambi ,VSD =Ventricular Septal Defect/ lubang di
sekat bilik). Aliran pirau ini juga bisa terjadi bila pembuluh darah yang
menghubungkan aorta dan pembuluh pulmonal tetap terbuka (PDA = Patent Ductus
Arteriosus).
Karena darah yang mengalir dari
sirkulasi darah bersih ke sirkulasi darah kotor, maka penampilan pasien tidak
biru (asianosis). Namun, beban yang berlebihan pada jantung akibat aliran pirau
yang besar dapat menimbulkan gagal jantung kiri maupun kanan. Tanda-tanda
aliran darah paru yang berlebih adalah: debaran jantung kencang, cepat lelah,
sesak nafas, pada bayi sulit menyusu, pertumbuhan terganggu, sering batuk, panas (infeksi saluran nafas bagian bawah).
Dalam kondisi seperti tersebut,
perlu diberikan obat-obatan yang bermanfaat untuk mengurangi beban jantung,
yakni obat diuretik (memperlancar kencing) dan obat vasodilator (pelebar
pembuluh darah).
a. Atrial Septal Defect (Asd) = Lubang
Di Sekat Serambi
Lubang
ASD kini dapat ditutup dengan tindakan non bedah : Amplatzer Septal Occluder
(ASO), yakni memasang alat penyumbat yang dimasukkan melalui pembuluh darah di
lipatan paha. Namun sebagian kasus tak dapat ditangani dengan metode ini, dan
memerlukan pembedahan.
b. Ventricular Septal Defect (Vsd) =
Lubang Di Sekat Bilik
PadaVSD tertentu dapat ditutup
dengan tindakan non bedah menggunakan penyumbat Amplatzer, namun sebagian besar
kasus memerlukan pembedahan.
c. Patent Ductus Arteriosus (Pda)
Pembuluh
Penghubung Aorta Dan Pembuluh Darah Paru Terbuka PDA juga dapat ditutup dengan
tindakan non bedah menggunakan penyumbat Amplatzer, namun bila PDA sangat besar
tindakan bedah masih merupakn pilihan utama. PDA pada bayi baru lahir yang
premature dapat dirangsang penutupannya dengan menggunakan obat Indomethacine.
3. Pembuluh
darah utama jantung keluar
dari ruang jantung
dalam posisi tertukar
Pembuluh
darah utama jantung keluar
dari ruang jantung
dalam posisi tertukar
(pembuluh darah aorta keluar dari bilik kanan sedangkan pembuluh darah
pulmonal/paru keluar dari bilik kiri). Kelainan ini disebut transposisi arteri
besar (TGA = Transposition of the Great Arteries). Akibatnya darah kotor yang
kembali ke jantung dialirkan lagi ke seluruh tubuh, sehingga terjadi
sianosis/biru di bibir, mukosa mulut dan kuku. Bayi dapat bertahan hidup bila
darah kotor yang mengalir ke seluruh tubuh mendapat pencampuran darah bersih
melalui PDA atau lubang di salah satu sekat jantung (ASD/VSD).
Seringkali
TGA tak disertai lubang sekat dan pasien sangat biru (darah yang mengalir ke
seluruh tubuh sebagian besar adalah darah kotor). Dalam keadaan demikian, dapat
dibuat lubang di sekat serambi melalui metode non bedah yang disebut Balloon
Atrial Septostomy (BAS). Sementara menunggu persiapan untuk melakukan prosedur
ini, PDA yang bermanfaat untuk menjamin pencampuran darah bersih perlu
dipertahankan, yakni dengan memberikan Prostaglandin E-1.
Namun
semua ini hanya bersifat sementara, bila kondisi pasien membaik, operasi untuk
menukar posisi pembuluh darah yang terbalik ini perlu dilakukan. Disamping
kelainan pada anatomi jantung, PJB juga dapat menyangkut kelainan pada pusat
listrik jantung beserta sistim hantarannya. Pusat jantung yang lemah atau
adanya blok pada sistim hantaran listrik jantung, berakibat denyut jantung/nadi
yang pelan, sehingga tak mencukupi kebutuhan sirkulasi tubuh. Untuk itu perlu
pemasangan alat pacu jantung (pacemaker). Pada anak yang sudah cukup besar
pemasangan pacu jantung dapat dilakukan tanpa bedah, namun pada bayi masih
diperlukan pembedahan.
2.4 Terapi Gen Untuk Penyakit Jantung Bawaan
Sebuah penelitian baru membuktikan
bahwa KCNQ1 adalah gen utama yang menyandi fungsi jantung. Mutasi yang terjadi
pada gen tersebut akan menyebabkan penyakit jantung bawaan pada ratusan ribu
anak dan akan menimbulkan gangguan rhytm atau irama jantung dengan penderitaan
seumur hidup. Kondisi ini pada akhirnya bisa menyebabkan gagal jantung atauCardiac suddent dan kematian. Kami bersama
Tim peneliti lainnya di Cardiac Research Center, Niigata University Hospital,
Jepang telah melakukan uji gene screening pada lebih dari seratus keluarga
dengan penderita penyakit jantung bawaan. Penemuan ini dipublikasikan di
journal international of BBRC
Dalam penelitan tersebut, pasien
yang menderita kelainan jantung bawaan, ditemukan adanya mutasi genetik pada
semua penderita. Tepatnya pada gen KCNQ1 dengan lokasi mutant-nya pada residue
313, dan ternyata residue I313K ini merupakan pusat dari kanal Potassium yang
tentunya merupakan molekul utama yang sangat dibutuhkan untuk kontraksi
otot-otot jantung. Jadi dengan terjadinya mutasi tersebut penderita penyakit
ini akan mengalami gangguan kontraksi otot jantung.Pengujian selanjutnya, pada
sel-sel otot jantung secara invitro dengan menggunakan metodePatch Clamping Electrophysiology, Confocal
imaging, dan analisa sequencing DNA
pada pasien-pasien penderita penyakit herediter ini, membuktikan bahwa terdapat
perbedaan bermakna penurunan fungsi sel-sel mutant KCNQ1-I313K bila dibandingkan
dengan sel-sel normal.
A. Pengertian Terapi gen
Terapi gen (Gene therapy) adalah
suatu proses terapi untuk mengobati penyakit tententu dengan cara
menginsersikan gen yang telah diperbaiki atau gen tertentu kedalam genom
sel-sel atau jaringan individu untuk menggantikan gen yang abnormal yang
menyebabkan terjadinya penyakit tersebut.
B. Prinsip Terapi Gen
Ada beberapa prinsip yang digunakan
untuk menggantikan atau memperbaiki gen yang
rusak
1. Insersi gen yang normal pada lokasi
yang tidak spesifik di dalam genom untuk menggantikan gen yang tidak berfungsi.
Prinsip ini merupakan pendekatan umum yang paling sering digunakan.
2. Gen yang tidak normal dihilangkan dari genom
individu dan digantikan oleh gen yang normal menggunakan carahomologous
recombination.
3. Gen yang tidak normal dapat
diperbaiki melalui cara selective reverse mutation.
4. Mengubah regulasi (pengaturan) gen
tertentu.
C. Jenis Terapi Gen
Terapi gen dibedakan atas 2 jenis
yaitu :
1) Terapi gen sel somatik (somatic-cell
gene therapy) atau gene therapy non hereditable.
Pada terapi gen sel somatik, gen yang normal atau telah
dimodifikasi ditransfer ke dalam sel-sel somatik pasien. Terapi gen ini hanya
dapat mengatasi penyakit atau kelainan pada pasien yang bersangkutan. Gen yang
telah diperbaiki atau dimodifikasi ini tidak dapat diturunkan kepada generasi
selanjutnya, karena gen yang telah diperbaiki ini hanya ada pada sel-sel
somatik saja dan tidak ada pada sel-sel germinal.
Terapi gen somatik (somatic cell gene therapy) mirp dengan
transplantasi sel, jaringan atau organ. Pada transplantasi organ ketubuh
resipien, organ yang ditransplantasikan itu mengandung gen-gen yang berbeda
dengan pasien. Pada terapi gen ini beberapa sel pasien diambil, diperbaiki
diperbaiki gennya dan kemudian dikembalikan ke pasiennya. Hal ini menyebabkan
terapi gen sel somatik tidak serumit dan tidak seberbahaya transplantasi organ.
2) Terapi gen sel germinal (Germ line
/hereditable gene therapy)
Pada terapi gen sel germinal, gen
yang mengalami defek pada sel-sel germinal akan diperbaiki dengan cara
menginsersikan dan mengintegrasikan gen yang normal atau gen yang telah
dimodifikasi kedalam genom sel-sel germinal. Gen yang telah diinsersikan ini
kemudian akan diturunkan ke generasi berikutnya. Terapi gen sel germinal sangat
bermanfaat untuk mengatasi penyakit-penyakit genetik dan penyakit-penyakit yang
bersifat herediter. Akan tetapi terapi gen sel germinal hingga kini masih sulit
dilakukan karena alasan tehnis dan etik. Bila gen yang mengalami defek pada
sel-sel germinal ini diperbaiki dan diturunkan berarti kita telah mengubah
genetik seseorang. Hal inilah yang menjadi kendala untuk melakukan terapi gen
sel germinal
D. Metoda Terapi Gen
Metoda terapi gen dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu
1. Transfer gen yang telah dimodifikasi
atau gen normal kedalam sel-sel sasaran pada pasien dengan menggunakan vektor
biologi yaitu virus.
2. Transfer gen
yang telah dimodifikasi atau gen yang normal kedalam sel-sel sasaran pada
pasien dengan menggunakan cara non virus. Beberapa cara non virus yang dapat
digunakan adalah Naked DNA, Oligonucleotides, lipoplexes dan polyplexes, hibrid
methods, dendrimers.
E. Transfer
gen menggunakan vektor biologis
Vektor biologi yang digunakan untuk
membawa gen yang telah diperbaiki adalah virus yang susunan genetiknya telah
diubah sehingga dapat membawa gen manusia yang normal.Virus-virus ini akan
membawa gen yang telah diperbaiki kedalam sel-sel sasaran pada tubuh manusia
dengan cara tertentu dan kemudian berintegrasi pada genom tertentu.
Untuk mencapai tujuan ini gen-gen
pada virus yang dapat menyebabkan penyakit harus dihilangkan dan diganti dengan
gen-gen yang telah diperbaiki. Sebagai contoh virus A diketahui dapat
berreplikasi atau memperbanyak diri dengan cara menginsersikan gen-gen nya
kedalam genom sel-sel host.Virus ini mempunyai 2 jenis gene yaitu gen A dan
gene B.
Gen A adalah gen yang mengkode
protein yang berguna untuk menginsersikan gen- gen nya kedalam genom sel host
(inang). Sebaliknya gen B adalah gen yang menyebabkan timbulnya penyakit pada
host. Gen C adalah gen yang telah diperbaiki dan akan menggantikan gen B.
Dengan dilakukannya reengineering sedemikian rupa sehingga gen C dapat
menggantiksn gen B. Dengan demikian gen A tetap dipertahankan untuk menjalankan
fungsinya.
Adenovirus merupakan virus generasi
pertama yang digunakan dalam terapi gen dan sangat efektif sebagai vektor
pembawa transgen.Virus lain yang dapat digunakan dalam terapi gen adalah
retrovirus, adeno-associated viruses, virus herpes simplex dan lain-lainnya
termasuk virus penyebab HIV. 2 jenis virus yang banyak digunakan sebagai vektor
adalah
Ø Retrovirus
Materi genetik pada virus ini adalah
dalam bentuk RNA, sebaliknya materi genetik pada sel-sel tubuh sasaran adalah
dalam bentuk DNA. Ketika retrovirus menginfeksi sel sasaran (host), selain
memasukkan RNA-nya, ia juga akan memasukkan ensim reverse transcriptase dan
integrase kedalam sel sasaran tersebut. RNA ini kemudian akan diubah menjadi
DNA melalui proses reverse transcription menggunakan ensim reverse transcriptase.
DNA kemudian akan ditransfer kedalam inti sel sasaran dan kemudian akan
berintegrasi pada tempat tertentu di genom sel sasaran dengan bantuan ensim
integrase. Setelah DNA yang telah diperbaiki ini terintegrasi pada tempat
tertentu di genom sel ssasaran maka dikatakan bahwa genom sel-sel sasaran (host)
ini telah dimodifikasi. Salah satu masalah yang dapat terjadi pada terapi gen
menggunakan retrovirus adalah ensim integrase dapat menginsersikan materi
genetik virus pada tempat yang kurang sesuai misalnya pada bagian tengah
gen-gen endogen pada host, sehingga gen endogen ini tidak dapat berfungsi,
dikenal sebagai insertional mutagenesis. Bila gen-gen virus ini berinsersi pada
gen pengatur fungsi gen lainnya, maka proses pembelahan sel dapat tidak
terkendali dan berubah menjadi sel kanker. Hal ini sekarang dapat diatasi
dengan menggunakan ensim Zinc finger nucleases.5 Keuntungan menggunakan
retrovirus adalah transgen yang dimasukkan bisa di transmisikan kesemua sel
yang terinfeksi dan turunanannya, tetapi kerugiannya dapat menyebabkan
terjadinya mutasi genetik yang berbahaya selama tahap pengintegrasian.
Ø
Adenovirus
Ketika virus adenovirus
meninginfeksi sebuah sel inang, molekul DNA virus tersebut akan dimasukkan
kedalam sel inang tersebut. Materi genetik adenovirus tidak bersatu dengan
materi genetik sel inang. Molekul DNA virus terletak bebas dalam inti sel dan
proses transkripsinya berlangsung secara sendiri. Molekul DNA virus tidak ikut
berreplikasi ketika sel mengalami pembelahan sehingga sel-sel inang hasil
pembelahan tidak mengandung DNA virus.
Akibatnya pada terapi gen
menggunakan vektor adenovirus membutuhkan pemasukkan kembali gen-gen yang sudah
dimodifikasi ke dalam populasi sel yang baru. Sebaliknya keadaan ini akan
mencegah terjadinya kanker. Gendicine adalah adenovirus yang telah mengandung
gen p53 yang digunakan pada terapi gen untuk mengobati penyakit kanker pada
kepala dan leher. Gendicine sudah diizinkan oleh FDA China untuk digunakan pada manusia pada tahun 2003,
sementara itu FDA Amerika Serikat telah menyetujui advexin, suatu vektor yang
serupa dengan Gendicine untuk digunakan di Amerika serikat pada tahun 2008.
F. Transfer genmenggunakan cara non
virus
Disamping menggunakan cara tranfer
gen yang diperantarai oleh virus (virus- mediated gene-delivery systems, ada
beberapa metoda lain tanpa menggunakan virus. Metoda non virus ini mempunyai
keuntungan yaitu dapat diproduksi dalam jumlah besar dan immunogenisitas pada
sl inang yang rendah. Beberapa metoda non virus yang dapat digunakan adalah :
1. Naked DNA
Metoda
ini merupakan metoda transfeksi non virus yang sangat sederhana. Penelitian
klinik dengan cara menyuntikan naked DNA secara intramuskular menunjukkan
sebagian hasil yang sukses dan sebagian lagi mengalami kegagalan. Ekspresi gen
pada metoda transfeksi ini sangat rendah dibandingkan dengan cara transfeksi
lainnya.
2. Oligonukleotida
Oligonukleotida
sintetik digunakan untuk menginaktifkan gen-gen yang terlibat dalam proses
penyakit. Beberapa metoda yang dapat digunakan antara lain adalah :
Ø Menggunakan antisense yang spesifik
untuk gen sasasaran yang akan mengganggu proses transkripsi gen sasaran yang
rusak.
Ø Menggunakan oligonukleotida rantai
ganda (double strand oligonucleotide) yang akan mengikat faktor-faktor
transkripsi yang diperlukan untuk regulasi promoter gen sasaran.
3. Lipoplexes and polyplexes
Untuk
meningkatkan kwalitas pengangkutan DNA yang baru ke dalam sel, DNA tersebut
harus dilindungi dari kerusakan dan pemasukkannya kedalam sel harus
difasilitasi. Untuk memfasilitasi pemasukan gen ke dalam sel dapat digunakan
molekul lipid yang dikenal sebagai lipoplexes dan polyplexes yang dirancang untuk
melindungi DNA dari proses degradasi selama proses transfeksi. Molekul lipid
ini digunakan untuk membungkus plasmid yang mengandung DNA dalam bentuk seperti
micelle atau liposome.
Lipoplexes
atau polyplexes yang telah mengandung DNA dikenal sebagai lipoplex. Lipoplex
akan berinteraksi dengan membran sel dan masuk kedalam secara endositosis.
Endosome yang mengandung lipoplex ini kemudian akan lisis dan transgen yang ada
di dalamnya akan dikeluarkan ke dalam sitoplasma sel untu kemudian akan masuk
ke dalam inti sel
4. Metoda Hibrid (Hybrid method)
Untuk
meningkatkan efisiensi trnasfer transgen dikembangkan metoda hibrid (campuran)
yaitu kombinasi liposome dengan virus influenza atau HIV yang diinaktifkan.
G. Hambatan dalam Terapi Gen
Ada beberapa faktor yang menghambat
efektivitas penggunaan terapi gen dalam mengatasi penyakit-penyakit genetik
yaitu :
a. Masa hidup alami terapi gen yang
pendek (Short-lived nature of gene therapy). Agar terapi gen menjadi efektif ,
gen yang dimasukkan kedalam sel-sel target harus dapat berfungsi dan sel-sel
yang mengandung gen terapi ini harus dapat hidup lama dan stabil.
b. Respons Imunologik. Adanya stimulus
tertentu yang merangsang timbulnya respons imunologik yang dapat menurunkan
efektivitas terapi gen tentu sangat merugikan. Lebih jauh adanya respon
imunologik ini juga akan menyulitkan pengulangan terapi gen pada pasien.
c. Masalah dengan virus yang berfungsi
sebagai vektor. Beberapa masalah yang harus dipertimbangkan pada penggunaan
virus sebagai kendaraan pembawa gen yang telah diperbaiki adalah toksisitas,
reaksi imunologik dan inflamasi, kontrol gen dan jaringan sasaran. Ketakutan
lainnya adalah kemungkinan pulihnya kembali kemampuan virus untuk menyebabkan
penyakit pada manusia
d. Kelainan gen yang multipel. Terapi
gen sulit digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
adanya kombinasi gen-gen yang mengalami kerusakan, misalnya pada penyakit
jantung, tekanan darah tinggi, Alzheimer, artritis dan diabetes.
e. Potensi untuk timbulnya tumor.
Bila
DNA diintergrasikan pada tempat yang salah di dalam genom, misalnya pada daerah
tumor suppressor gene, hal ini dapat menyebabkan timbulnya tumor. Hal ini
pernah terjadi pada percobaan klinis pada pasien dengan X-linked severe
combined immunodeficiency (X-SCID) yang diterapi dengan sel punca darah
(Hematopoietic stem cells yang diinfeksi oleh retrovirus yang mengandung
transgen. Tiga dari 20 pasien yang diterapi dengan cara ini kemudian menderita
leukemia.
H. PRASYARAT TERAPI GEN
Untuk melakukan terapi gen ada
persyaratan yang harus dipenuhi yang dikembangkan oleh National Institute of
Health (NIH). Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi agar prosedur terapi gen
dapat di izinkan adalah :
a. Gen harus di klon dan diketahui
karakteristiknya, sehingga harus tersedia dalam bentuk murni.
b. Harus ada metoda efektif yang
digunakan untuk memasukkan trasngen ke dalam jaringan atau sel yang dituju.
c. Resiko terapi gen harus dievaluasi
secara berhati-hati dan dibuat seminimal mungkin.
d. Penyakit tidak dapat diobati dengan
cara lainnya.
e. Harus ada data penelitian
pendahuluan dengan hewan model atau sel manusia dan hasilnya menunjukkan bahwa
usulan terapi gen tersebut adalah efektif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah
penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, karena sudah terjadi ketika bayi
masih dalam kandungan. Pada akhir kehamilan 7 minggu, pembentukan jantung sudah
lengkap; jadi kelainan pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan.
Ø Penyebab terjadinya penyakit jantung
bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang
diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung
bawaan :
a) Faktor Prenatal
b) Faktor Genetik
c) Faktor lingkungan
Ø Berdasarkan penampilan fisik, PJB
secara garis besar dibagi atas 2 kelompok, yakni PJB tidak biru (asianosis) dan
PJB biru (sianosis). Berdasarkan kelainan anatomis, PJB secara garis besar
dibagi atas 3 kelompok, yakni
o Adanya penyempitan
(stenosis)
o Adanya lubang
pada sekat pembatas
antar ruang jantung (septum)
o Pembuluh
darah utama jantung keluar
dari ruang jantung
dalam posisi tertukar
Ø Terapi Gen dibedakan atas 2 jenis yaitu :
o Terapi gen sel somatik (somatic-cell
gene therapy) atau gene therapy non hereditable.
o Terapi gen sel germinal (Germ line
/hereditable gene therapy)
B. Saran
1. Mempermudah Persetujuan prosedur
terapi gen karena sampai saat ini masih sangat sulit dan berliku serta
kontroversial.
2. Aspek biologi terapi gen pada
manusia sangat kompleks dan masih
membutuhkan banyak teknik yang
hingga kini masih terus dikembangkan
DAFTAR PUSTAKA
1. Gene Therapy diunduh dari
"http://en.wikipedia.org/wiki/Gene_therapy"
2. Scott T., Gene Therapy
Breakthrough, diunduh dari www.unitedspinal.org. February
26th, 2008
3. Gene therapy/RNA interferences,
diunduh dari www.acceleratingfuture.com
4. What is gene therapy diunduh dari
www.ornl.gov/sci/techresources/Human/genetherapy.html
5.Ontoseno
T. Kelainan jantung bawaan dan etiologinya masa kini. Buletin Toraks
Kardiovaskuler Indonesia. 1996 : IV
(4) : 30 -34.
6.SaenzRB, DianeKB, LaramieC.
Triplett, M.D. Caring for Infants with Congenital Heart Disease and Their
Families. University of Mississippi Medical Center Jackson, Mississippi
American academy of Family Physician. 2003
7.AndersonRH, MacartneyFJ,
Shinebourne EA, Tynan M. Fetal circulation and circulatory changes at birth. In
: Anderson RH, Macartney FJ, Shinebourne EA and Tynan M, eds. Paediatric
Cardiology.Vol.2 Churchill Livingstone, 1987: 109.
8.Wren C,Richmond S, Donaldson L : Presentation
of congenital heart disease in
infancy : implications for
Tidak ada komentar:
Posting Komentar